Beranjak
Semua berawal dari rumah kecil kami. Rumah yang begitu hangat. Setiap pagi yang datang, selalu disambut dengan kesejukan dan kerindangan sehingga kehidupan kami terasa seperti selalu baru. Setiap membuka mata dari pulasnya malam, selalu tercium ruangan yang wangi dan segar. Kami merasa, bahwa rumah kami yang kecil ini, telah dibesarkan oleh kasih sayang kedua orang tua kami. Ia menjadi buah cinta keluarga. Seperti kami, buah cinta mereka. Rumah ini selalu dirawat dan dijaga hingga kapanpun waktunya. Setiap pagi, ibu menyuruh kami bangun begitu buta, bersamaan dengan kokok ayam. Katanya, pagi yang buta itu mengantarkan rizeki lewat embun yang hinggap di dedaunan yang malas. Jika tidak sempat bangun dan melihat embun, maka rizeki pada hari itu, akan menghilang entah kemana larinya. "Duluan dipatok ayam nanti kalo kesiangan terus". Mungkin itu terdengar lucu semenjak kami sekolah dan belajar fisika. Tapi, di luar ketidakmasukakalan itulah justru membuat kami selalu terjaga. ...